Makalah Keutamaan Puasa
Kata
Pengantar:
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
Akhir kata kami berharap semoga semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah fiqih.
Akhir kata kami berharap semoga semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah fiqih.
Terlepas dari kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan makalah fiqih bisa bermanfaat dan menjadi inpirasi
terhadap pembaca.
Ciputat,20 Maret 2016
Pemakalah
DAFTAR
ISI
Daftar Isi.......................................................................................................................................
BAB I
A.
Latar Belakang............................................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
C.
Tujuan......................................................................................................................... 1
BAB II
1. Pengertian negara........................................................................................................... 4
2. Pengertian
Kekuasaan.................................................................................................... 4
3. Pengertian Wewenang................................................................................................... 5
4. Perbedaan
Kekuasaan dan Wewenang.......................................................................... 6
5. Kekuasaan dan Wewenang Pemerintahan Negara........................................................ 7
BAB III
Kesimpulan........................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka.............................................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Puasa
merupakan rukun islam yang ke4. Puasa juga termasuk hal yang utama dan tak
asing bagi umat muslim. Bahkan tak sedikit dari kalangan orang muslim yang
melaksanakan ibadah puasa sunnah.
Dalam puasa tak hanya sekedar menunaikan
kewajiban, juga ada hikmah dan amalan-amalan tertentu juga keajaiban tertentu. Oleh karena itu, kami mengambil topic ini untuk memperjelas
tentang masalah tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Hikmah puasa?
2.
Apa pengertian Lailatul Qadar?
3.
Apa pengertian I’tikaf?
C.
Tujuan
·
Diharapkan mahasantri bisa memahami tentang Hikmah puasa
·
Diharapkan mahasantri bisa memahami tentang Lailatul Qadar
·
Diharapkan mahasantri bisa memahami tentang I’tikaf
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Hikmah Berpuasa
Ø Wujud terima
kasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya
Ø Turut merasakan
betapa sedihnya kaum fakir dan miskin yang jarang sekali memperoleh makan
senikmat yang kita peroleh
Ø Menjaga
kesehatan
Ø Mempererat tali
silaturrahim dengan jalan berbuka bersama atau pemberian ta’jil
Ø Setiap kegiatan
baik akan dihitung ibadah
2.
Sunnah Puasa
1.
Menyegerakan berbuka
Menyegerakan berbuka disini dimaksudkan ketika sudah menginjak
waktu berbuka.
عن سهل بن سعد قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم : لا يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر. رواه البخاري و مسلم [1]
Artinya
:
Dari sahl bin sa’ad, “Rasulullah berkata, ‘senantiasa manusia dalam
kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka puasa’ ( riwayat Bukhori dan Muslim )
2.
Berbuka dengan sesuatu yang manis
Misalnya kurma
عن انس قال كان النبي صلى الله عليه وسلم :
يفطر على رطبات قبل ان يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من
ماء. رواه أبو داود و الترذي[2]
Artinya :
Dari Anas : Nabi berbuka dengan rutab (kurma
gemading) sebelum salat, kalau tidak ada, dengan kurma, kalau tidak ada juga,
beliau minum beberapa teguk air” ( riwayat Abu Dawud dan Tarmidzi)
3.
Membaca doa berbuka puasa
اللهم لك صمت و بك امنت وعلى رزقك افطرت
برحمتك يا ارحم الراحمين
4.
Melaksanakan makan sahur
عن انس قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
تسحروا فإن في السحور بركة رواه البخاري و مسلم :
Artinya :
Dari Anas, “ Rasulullah berkata : makan sahurlah kalian semua, maka
sesungguhnya sahur itu barakah”
5.
Mengakhirkan sahur
Kira-kira 15 menit sebelum terbitnya fajar
عن ابي ذر قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم : لاتزال امتي بخيرما اخروا السحور و
عجلوا الفطر رواه احمد[3]
Artinya :
Dari Abu dzar : Rasulullah telah berkata,
senantiasa umatku dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan
berbuka ( HR. Ahmad)
3.
Puasa Sunnah
1.
Puasa 6 hari dibulan syawal
وعن ابي ابواب الأنصري رضي الله تعالى عنه
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من صام رمضان ثم اتبعه ستا من شوال كان
كالصيام الدهر رواه مسلم[4]
Dari Abu Ayyub Al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa shaum Ramadhan,
kemudian diikuti dengan shaum enam hari pada bulan Syawwal, maka ia seperti
shaum setahun." Riwayat Muslim.
2.
Puasa arafah
3.
Puasa hari senin
4.
Puasa Asy syura
عَنْ
أَبِي قَتَادَةَ اَلْأَنْصَارِيِّ - رضى الله عنه - { أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ -
صلى الله عليه وسلم -سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ. قَالَ: "
يُكَفِّرُ اَلسَّنَةَ اَلْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ", وَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ
يَوْمِ عَاشُورَاءَ. قَالَ: " يُكَفِّرُ اَلسَّنَةَ اَلْمَاضِيَةَ "
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اَلِاثْنَيْنِ, قَالَ: " ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ
فِيهِ وَبُعِثْتُ فِيهِ, أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيه " رواه مسلم[5]
Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam perna ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu
beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan
datang." Beliau juga ditanya tentang puasa hari Asyura, lalu beliau
menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun yang lalu." Dan ketika
ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab: "Ia adalah hari
kelahiranku, hari aku diutus, dan hari diturunkan al-Qur'an padaku."
Riwayat Muslim.
5.
Puasa tasu’a
6.
Puasa bulan sya’ban
وعن عائشة رضي الله عنها قالت : كان رسول
الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر, ويفطر حتى نقول لا يصوم, و ما
رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر ثط الى رمضان , و ما ر أيته في
شهر اكثر منه صياما في شعبان متفق عليه واللفظ لمسلم [6]
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam biasa shaum sehingga kami menyangka beliau tidak akan berbuka
dan beliau berbuka sehingga kami menyangka beliau tidak akan shaum. Dan aku
tidak pernah melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyempurnakan puasa
sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau shaum
dalam suatu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Muttafaq Alaihi
7.
Puasa hari kamis
عن عائشة كان النبي صلى الله عليه وسلم
يتحرى صيام الإثنين و الخميس رواه الترمذي[7]
8.
Puasa tengah bulan hijriyah ( tanggal 13, 14, dan 15 )/ puasa hari
putih (hari terang bulan)
عن ابي ذررضي الله عنه قال : أمرنا رسول
الله صلى الله عليه وسلم : أن نصوم من
الشهر ثلاثة ايام : ثلاث عشرة و أربع عشرة و خمس عشرة رواه النسائى و الترمذي و
صححه ابن حبان[8]
Abu Dzar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk shaum tiga hari dalam sebulan, yaitu
pada tanggal 13,14, dan 15. Riwayat Nasa'i dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut
Ibnu Hibban.
Puasa makruh
1.
Puasa sepanjang masa kecuali hari dilarang berpuasa (tasyriq, hari
raya)
4.
Amalan-amalan bulan puasa
Ø Melaksanakan
Shalat tarawih
Ø Melaksanakan
shalat witir
Ø Memperbanyak
shodaqoh
عن انس
قيل يا رسول الله اي صدقة افضل؟ قال : صدقة في رمضان رواه الترمذي[9]
Ø Memberikan makanan
untuk berbuka bagi orang yang puasa
من
افطر صائما فله اجر صائم ولا ينقص من اجر الصائم شيء رواه الترمذي[10]
Ø Memperbanyak
tadarus ( membaca Alqur’an)
5.
Lailatul Qadar
Lailatul Qadar (malam ketetapan)
adalah suatu malam yang penting yang terjadi pada bulan Ramadlan, yang didalam
al-Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jika
seorang muslim mengerjakan kebaikan-kebaikan di malam Lailatul Qadar, maka
nilainya lebih baik dari megerjakan kebaikan selama seribu bulan.
Allah SWT berfirman:
[11](3) لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (2) إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Artinya: (1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran)
pada malam kemuliaan. (2) dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
(3) malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Maka dengan ayat tersebut teranglah
bahwa yang dimaksud dengan kelebihan malam Lailatul Qadar itu ialah berlipat
gandanya pahala amal ibadah pada malam itu dari malam-malam yang lain. Selain
digunakan untuk beribadah, baik pula dijadikan waktu untuk berdo’a. Sebagaimana
sabda Raulullah SAW:
عَنْ
عَائِشَةَ، قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ
لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ
إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي[12].
Artinya: dari ‘Aisyah berkata “Saya bertanya, Ya Rasulallah,
bagaimana jika saya dapat mengetahui malam qadar itu, apakah yang sebaiknkya
saya ucapkan pada malam itu?” Jawab beliau, “ucapkanlah olehmu Ya Allah,
sesungguhnya Engkau pengampun, suka mengampuni kesalahan, maka ampunilah
kiranya kesalahanku” (Riwayat lima hadits, kecuali Abu Dawud dan Tirmidzi
menilainya shahih)
Ketentuan Lailatul qadar
Dalam menentukan lailatul qadar,
timbul beberapa pendapat dari para ulama. Yang lebih kuat diantara
pendapat-pendapat tersebut adalah malam yang ganjil sesudah dua puluh Ramadlan
(malam 21,23,25,27,29) dan yang lebih masyhur adalah malam 27 Ramadlan. Sabda
Rasulullah SAW:
عن ابن عمر قال رسول الله عليه و سلم: مَنْ
كَانَ مُتَحَرِّيْهَا فَلْيَتَحَرِّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ (رواه احمد
باسناد صحيح)[13]
Artinya: dari Ibn Umar, ‘Rasulullah
SAW bersabda “Barangsiapa yang ingn menjumpai malam qadar, hendaklah ia
mencarinya pada malam dua puluh tujuh” (HR. Riwayat Ahmad)
Tanda-tanda Lailatul Qadar
1.
Udara dan suasana pagi tampak begitu tenang dan damai
2.
Cahaya matahari bersinar cerah tetapi tidak terlalu terasa panas
3.
Malam yang terang, tidak dingin tidak berawan tidak hujan tidak
panas dan tidak ada angin kencang
Mereka yang pada malam tersebut beribadah, maka ibadahnya akan
semakin terasa lezatnya, mendapatkan ketenangan hati serta kenikmatan
bermunajat kepada Rabb nya dan mendapatkan kesan yang berbeda tidak seperti
malam-malam lainnya.
6. I’tikaf
(فصل) في أحكام الاعتكاف. وهو لغة الاقامة على الشيء من خير أو شر
وشرعا اقامة بمسجد بصفة مخصوصة. (والإعتكاف سنة مستحبة) في كل وقت وهو فى العشر
الأواخر من رمضان أفضل منه في غيره لأجل طلب ليلة القدر. وهى عند الشافعى رضى الله
عنه منحصرة فى العشر الاخر من رمضان فكل ليلة محتملة لها لكن ليالى الوتر ليلة
الحادى أو الثالث والعشرين.
(وله) أى للاعتكاف المذكور (شرطان). أحدهما (النية) وينوىفى
الاعتكاف المنذور أو النذر. (و) الثانى (اللبث فى المسجد) ولا يكفى فى اللبث قدر
الطمأنينة بل الزيادة عليه بحيث يسمى ذلك اللبث عكوفا. وشرط المعتكف اسلام وعقل
ونقاء عن حيض أو نفاس وجنابة، فلا يصح اعتكاف كافر ومجنون وحائض ونفساء وجنب ولو
ارتدى المعتكف أو سكر بطل اعتكافه.
(ولايخرج) المعتكف (من الإعتكاف المنذور الا لحاجة الإنسان)
من بول وغائط وما فى معناهما كغسل جنابة، (أو عذر من حيض) أو نفاس فتخرج المرأة من
المسجد لأجلها (أو) عذر من (مرض لا يمكن المقام معه)فى المسجد بان كان يحتاج لفرش
وخادم وطبيب أو يخاف تلويث المسجد كاسهال وادرار بول. وخرج بقول المصنف لا يمكن
الخ المرض الخفيف كحمى خفيفة فلا يجوز الخروج من المسجد بسببها. (ويبطل) الاعتكاف
(بالوطء) مختارا ذاكرا للاعتكاف عالما بالتحريم وأما مباشرة المعتكف بشهوة فتبطل
اعتكافه ان أنزل والا فلا.
Hukum-hukum I’tikaf. Arti I’tikaf
menurut bahasa ialah menetapi sesuatu kebaikan atau kejelekan, sedang menurut
syara’ I’tikaf adalah menetap di dalam masjid dengan sifat yang sudah
ditentukan. I’tikaf itu sunnah hukumnya dalam suatu waktu yaitu pada sepuluh
yang akhir dari bulan Ramadhan. Ini adalah yang lebih utama daripada lainnya
karena bertujuan berharap lailatul qadar. Menurut Imam Syafi’i, lailatul qadar
itu dapat diringkas dalam malam sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan, pada
tiap-tiap malam sepuluh yang akhir itulah mengandung lailatul qadar, tetapi
pada malam yang ganjil lebih dapat diharapkan adanya lailatul qadar dan yang
lebih diharapkan dari malam ganjil ialah pada malam tanggal 21 atau 23
Ramadhan,
Untuk beri’tikaf ada 2 syarat,
yaitu:
1.
Niat, maka bagi orang yang I’tikaf karena nadzar, hendaknya
melakukan niat fardhu.
2.
Berdiam diri di dalam masjid, tidak mencukupi berdiamnya itu sekedar
thuma’ninah, tetapi harus lebih dari itu, sekiranya berdiamnya itu dapat
disebut “berdiam dalam I’tikaf”.
Adapun
syarat bagi orang yang I’tikaf:
1.
Islam.
2.
Berakal sehat.
3.
Suci dari haid, nifas dan jinabah.
Maka tidak sah I’tikaf:
1.
Orang kafir.
2.
Orang gila.
3.
Orang yang sedang dalam keadaan haid, nifas dan junub.
Seandainya
orang yang I’tikaf itu tiba-tiba menjadi murtad atau mabuk maka bathal
I’tikafnya.
Orang yang beri’tikaf tidak boleh keluar dari I’tikaf yang
dinadzarkan, kecuali bila ada hajat (keperluan) manusiawi seperti kencing,
berak dan yang semakna dengan itu seperti mandi janabat, atau karena ada udzur
seperti haid atau nifas, maka boleh bagi perempuan keluar dari masjid karena
sebab kedua perkara itu, atau karena udzur seperti adanya penyakit yang tidak
memungkinkan dapat menetap di dalam masjid sekiranya dia membutuhkan alas,
pelayan dan dokter atau khawatir mengotori masjid, seperti selalu berak dan
kencing. Perkataan mushannif: Penyakit yang tidak memungkinkan itu
mengecualikan penyakit ringan seperti sakit panas yang sifat nya sementara,
maka tidak boleh keluar dari masjid karena sebab tersebut. Menjadi bathal
I’tikaf seseorang sebab wathi, hal ini jika memang (orang yang beri’tikaf) itu
berfikir dan ingat bahwa dirinya dalam keadaan sedang I’tikaf jugamengerti akan
haramnya jima’. Adapun bertemunya kulit orang yang I’tikaf disertai timbul
syahwat, maka bathal I’tikaf nya jika sampai keluar air mani, sedangkan bila
tidak keluar air mani, maka tidak membathalkan.[14]
BAB III
KESIMPULAN
Hikmah Berpuasa
Ø Wujud terima
kasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya
Ø Turut merasakan
betapa sedihnya kaum fakir dan miskin yang jarang sekali memperoleh makan
senikmat yang kita peroleh
Ø Menjaga
kesehatan
Ø Mempererat tali
silaturrahim dengan jalan berbuka bersama atau pemberian ta’jil
Ø Setiap kegiatan
baik akan dihitung ibadah
Lailatul Qadar
Lailatul Qadar (malam ketetapan)
adalah suatu malam yang penting yang terjadi pada bulan Ramadlan, yang didalam
al-Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jika
seorang muslim mengerjakan kebaikan-kebaikan di malam Lailatul Qadar, maka
nilainya lebih baik dari megerjakan kebaikan selama seribu bulan.
I’tikaf
Arti I’tikaf menurut bahasa ialah menetapi
sesuatu kebaikan atau kejelekan, sedang menurut syara’ I’tikaf adalah menetap
di dalam masjid dengan sifat yang sudah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Al’asqolaany,
Alhafidz ibn hajar, 1352 H. Bulughul Maram Surabaya : Darul ilm.
Rasyid,
Sulaiman. 2009. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Abu A, Syamsuddin, 1982. Fathul Qorib.
Diterjemahkan oleh: Imron Abu Amar, Kudus: Menara Kudus.
[1] Sulaiman
Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 238.
[2] Ibid.,
hlm. 239.
[3] Ibid.,
hlm. 240.
[4] Alhafidz
ibn hajar al’asqolaany, Bulughul Maram, (Surabaya : Darul ilm, 1352 H), hlm.
137.
[5] Ibid.,
hlm. 137.
[6] Ibid.,
hlm. 137.
[7] Sulaiman
Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm.242.
[8] Op.cit,
hlm. 138.
[9]Ibid.,
hlm.240
[10] Ibid.,
hlm. 240
[11] Surat
Al Qadr ayat 1-3
[12] Op.cit,
hlm. 244.
[13] Ibid.,
hlm. 245.
[14]
Syamsuddin Abu A., Fathul Qorib, terj. Imron Abu Amar, (Kudus: Menara
Kudus,1982), hlm. 192.
Komentar
Posting Komentar